Ketupat, Sajian Masakan Jawa Sarat Arti di Hari Raya
Ketupat, Sajian Masakan Jawa Sarat Arti di Hari Raya.
Kita tak pernah kehilangan momen menikmati ketupat kala Hari Raya tiba. Beragam
olahan yang disajikan seperti soto sebagai pelengkapnya. Rasa yang gurih dan
segar sangan cocok dengan lidah semua kalangan masyarakat. Sebelum Hari Raya
datang biasanya kulit ketupat telah berjejer dijual di pasar hingga pinggir
jalan. Mereka benar menyambut antusias hari kemenangan tersebut serta enggan
melewatkan rentetan tradisi ini.
Terlebih lagi sajian ketupat mengandung makna
berarti bagi orang Jawa. Tak sekedar dijadikan suguhan saja, banyak nilai
kehidupan yang tersirat di dalamnya. Masyarakat tanah Jawa memang terkenal
dengan bermacam kegiatan sampai suguhan sakral. Tidak bermaksud menjerumus pada
hal negatif, tetapi nilai sakral ini diharapkan sanggup menuntun hidup
seseorang ke arah lebih baik. Ini merupakan hal baik mengenai perjalanan hidup
yang tak pernah lepas dari makna berarti.
Hal tersebut juga sanggup membimbing kita menghargai
setiap makanan tanpa mengurai pikiran buruk di sana. Melalui sebuah makanan
yang dinikmati, kita jadi lebih berhati-hati kala memakannya. Jawa sangat
kental sarat kehidupan, seperti pada semua masakan jawa yang dibuat.
Sehingga seseorang pun tidak boleh menghina pembuat masakan maupun berkomentar
buruk tentang rupa makanan. Tata krama juga merupakan tuntunan hidup yang terus
diingatkan masyarakat Jawa.
Makanan daerah selalu membawa arti khusus bersamanya
agar mengingatkan dari mana asal makanan dibuat hingga bisa disajikan. Jangan
menganggap makanan hanya sebuah santapan untuk mengiringi berlalunya hari. Kita
semua hidup memiliki tugas, tujuan dan tanggung jawab yang dibawa. Hal
sederhana ini sering dilewatkan padahal di sana telah dirangkum makna mendalam.
Selama merasakan suasana Lebaran, ketupat tetap akan hadir ditengah kita
beserta beberapa hal yang sanggup dipelajari.
Filosofi Dibalik Masakan Jawa Ketupat
Mengakui Kesalahan
Masyarakat Jawa
sering menyebut ketupat dengan kupat. Kupat atau singkatan dari “kongkon ngaku
lepat” mengandung arti bahwa kita mesti mengakui kesalahan. Dalam momen Hari
Raya, semua orang berbondong-bondong saling meminta maaf satu sama lain. Dalam masakan
jawa ini kita diingatkan sebagai manusia harus mau menyadari
kesalahan sendiri serta meminta maaf.
Jangan Menjadi Manusia Angkuh
Dengan meminta maaf
kita telah menghindarkan diri dari sifat angkuh. Orang yang enggan meminta maaf
berarti hatinya telah keras sehingga tidak ingin mengakui perbuatannya. Dengan menyantap
hidangan ini setidaknya kita diingatkan untuk tidak lelah memperbaiki diri.
Sekalipun orang tersebut memiliki jabatan atau kedudukan tinggi.
Berlapang Dada
Pesan terakhir ini
paling sulit dilakukan seseorang. Kita mampu meminta maaf, menerima nasehat
untuk menjauhi sifat angkuh, tapi apakaha hati tersebut mau menerimanya? Kita
tidak pernah mengetahui jika sebuah nasehat juga sanggup datang dari makanan
yang tadinya di cap sebagai tradisi saja. Masakan
jawa menjadi idola masyarakat bukan hanya karena rasanya.
Melainkan sisi positif atas semua alasan makanan tersebut dibuat. Menikmati
kudapan hangat di hari besar tentunya jadi pilihan semua orang bersama
keluarga.
Melalui sebuah suguhan kecil masakan jawa seperti ketupat, semua orang sanggup mendapat hal tak ternilai. Bagaimana semestinya kita sebagai manusia hidup serta sikap apa yang harus dimiliki untuk melewati hari hingga tua nanti. Sebuah olahan dapat terasa lebih nikmat kalau seseorang menyantapnya karena paham makna yang ada didalam masakan yang dinikmati.
Post a Comment for "Ketupat, Sajian Masakan Jawa Sarat Arti di Hari Raya"